Usaha timnas perempuan jerman agar pamornya semoncer timnas lelaki
Usaha timnas perempuan jerman agar pamornya semoncer timnas lelaki"
- Select a language for the TTS:
- Indonesian Female
- Indonesian Male
- Language selected: (auto detect) - ID
Play all audios:
tirto.id - “Sejak kami memulainya, kami tidak hanya bermain melawan tim lain. Kami berperang melawan prasangka,” kata narator dalam video iklan tim nasional sepakbola perempuan Jerman yang
dibuat oleh Commerzbank dan dirilis pertengahan Mei 2019.__ “‘Perempuan ada hanya untuk melahirkan bayi’. ‘Mereka itu tempatnya di ruang cuci baju’. ‘Seperti menonton para amatir dalam
gerakan lambat’. Tapi tahukah kamu? Kami tidak punya buah zakar (keberanian), namun kami tahu cara menggunakannya.” Kalimat terakhir membuat beberapa orang dalam video bereaksi “ooooo” bak
mendengar _punchline_ terganas seorang komika _stand-up_. Video kemudian diakhiri dengan pesan:__ “Tenang, kamu tidak perlu mengingat wajah-wajah kami. Kamu hanya perlu tahu apa yang kami
inginkan. Kami ingin memainkan laga hingga jadi juara.”__ Video dipromosikan beberapa minggu jelang penyelenggaraan Piala Dunia Perempuan 2019 di Perancis. Timnas perempuan Jerman
berpartisipasi dan menghuni Grup B bersama Republik Rakyat Cina, Spanyol dan Afrika Selatan. Pesannya menyiratkan upaya-upaya yang dilakoni oleh para pemain timnas perempuan Jerman, melalui
kampanye kesetaraan hingga pamer prestasi, demi mendapat apresiasi yang sama besarnya dengan yang diterima oleh timnas laki-laki Jerman. Publik mengenal timnas laki-laki Jerman sebagai salah
satu timnas terkuat di dunia. Der Panzer, julukan tim, memenangkan empat titel juara Piala Dunia (1954, 1974, 1990, 2014), tiga juara Piala Eropa (1972, 1980, 1996) dan satu Piala
Konfederasi (2017). Mereka juga sudah empat kali jadi _runner-up_ di Piala Dunia dan tiga kali di Piala Eropa. Yang belum banyak diketahui orang-orang: timnas perempuan Jerman juga rajin
menorehkan prestasi bergengsi baik di level Eropa maupun dunia. Mereka meraih titel juara Piala Dunia dua kali (2003, 2007). Di level Eropa mereka bahkan bisa lebih membusungkan dada sebab
delapan kali menjuarai Piala Eropa (1989, 1991, 1995, 1997, 2001, 2005, 2009, 2013). Die Nationaleif, julukan tim, juga sekali jadi finalis Piala Dunia (1995) dan dua kali juara keempat
Piala Eropa (1991, 2015). Pencapaian tersebut tidak datang tiba-tiba. Sebagaimana sejarah sepakbola perempuan di berbagai negara, pada awalnya mereka juga dihadang oleh elite laki-laki di
organisasi sepakbola nasional yang berperilaku seksis. Merujuk pada catatan _Reuters, _pada 1955 Asosiasi Sepakbola Jerman (DFB) melarang sepakbola perempuan di semua klub di Jerman Barat.
Alasannya karena “olahraga agresif ini pada dasarnya asing untuk sifat perempuan”. Lebih lanjut, “daya tarik perempuan, tubuh mereka, dan jiwa mereka akan menderita kerusakan yang tidak
dapat diperbaiki, dan tampilan tubuh mereka ke publik akan menyinggung moralitas dan norma kesopanan.” DFB baru menghapusnya secara resmi pada 30 Oktober 1970. Tapi kenyataannya sepakbola
perempuan tetap dmainkan pada 1950-an dan 1960-an. Permainan itu berlangsung antar klub di dalam negeri hingga pertandingan persahabatan tingkat internasional. Meski kesempatan bermain telah
terbuka, DFB belum membentuk timnas perempuan pada 1970-an. Secara kultur penerimaan orang terhadap pesepakbola perempuan juga masih buruk. Salah satunya dialami oleh Baerbel Wohhlleben,
mantan pemain timnas perempuan Jerman. Kepada _France24_ Baerbel membagikan pengalamannya pada tahun 1974 saat tiba-tiba seorang jurnalis melancarkan pertanyaaan konyol sekaligus bernada
ejekan: “bagaimana jika kau menyundul bola, bukankah itu akan merusak rambutmu?” Lainnya: “Apa pendapat suamimu soal kegiatanmu di sepakbola? Apakah ia setuju? Siapa yang mengurus rumah saat
kau bermain”. Baerbel menjawab: “Suamiku juga bisa masak—ya kenapa juga ia dilarang masak?” Pertanyaan itu sebenarnya bisa membuat Baerbel sedikit tergelak. Tapi ia juga menegaskan bahwa
pada periode tersebut, lebih tepatnya hingga tahun 1977, perempuan tidak diperkenankan bekerja tanpa ijin tertulis dari suaminya. Waktu berjalan dan sepakbola perempuan makin banyak peminat.
Pada awal 1980-an DBF akhirnya membentuk timnas perempuan melalui beberapa pertimbangan. Salah duanya: pertama, negara lain sudah membentuk timnas perempuannya; dan kedua, DFB sudah mulai
menerima undangan kompetisi. Laga internasional pertama dilakoni melawan Swiss pada 10 November 1982 di Kota Koblenz, Jerman. Jerman Barat menang 5-1 di mana gol pertama disumbang oleh
Silvia Neid yang kala itu baru berusia 18 tahun. Jerman Barat kemudian berupaya meloloskan diri ke kejuaraan Piala Eropa Perempuan 1984. Gagal dengan finis di urutan ketiga grup kualifikasi.
Saat itu tim memang belum dicanangkan untuk lolos, melainkan untuk meningkatkan performa hingga di level tim-tim perempuan asal negara Skandinavia plus Italia. Hasilnya dipetik lima tahun
kemudian ketika timnas lolos ke Piala Eropa 1984. Diuntungkan oleh status sebagai tuan rumah, Jerman Barat melaju mulus melalui babak grup hingga semifinal. Laga semifinal melawan Italia
menjadi siaran langsung pertama timnas Jerman Barat. Mereka menang adu pinalti. Laga puncak digelar Kota Osnabrück pada 2 Juli 1989 di mana tuan rumah menjamu Norwegia. Di hadapan 22 ribu
penonton mereka menang dengan skor 4-1. Gol titel kejuaraan pertama di kompetisi Eropa ini disumbangkan oleh Ursula Lohn, Heidi Mohr, dan Angeilka Fehrmann. Jerman Timur bergabung ke DFB
usai reunifikasi Jerman pada 1991. Setelahnya mereka berjaya dengan merebut tiga Piala Eropa sepanjang dekade 1990-an. Prestasi tersebut cukup untuk mengobati kegagalan menjuarai Piala Dunia
Perempuan dan Olimpiade—meski sebenarnya performa tim tetap membaik. Pada awal 2000-an dukungan untuk timnas perempuan Jerman makin meluas walaupun masih kalah jauh dari dukungan untuk
timnas laki-laki. Pamor mereka tiba-tiba melesat bak menunggangi roket saat berhasil menjuarai Piala Dunia Perempuan 2003 yang digelar di Amerika Serikat. Margot Dunne melaporkan untuk
majalah _When Saturday Comes _bagaimana para pemain timnas sangat terkejut dengan sambutan meriah yang mereka dapatkan saat kembali ke Jerman. “Sebagaimana yang biasa diterima oleh
rekan-rekan pria mereka dalam beberapa dekade terakhir,” tulis Margot. Trofi kemenangan diparadekan keliling Kota Frankfurt, di mana ribuan penggemar memadati jalanan sambil bersorak-sorai
penuh kebanggaan. Dari sisi publisitas, timnas menjadi kesayangan media massa. Pelatih Tina Theune-Meyer dan asisten manajer Silvia Neid diundang ke acara-acara televisi. Majalah-majalah
kenamaan mengulas kemenangan tim secara mendalam. Asosiasi jurnalis bahkan memilih mereka sebagai Tim Terbaik Tahun Ini. Beberapa orang berkata pada Margot mereka menikmati sepakbola
perempuan karena lebih teknis, lebih kaya akan antusiasme serta gairah. Lebih lanjut lagi, lebih sedikit agresivitas atau ekses-ekses kekerasan di lapangan. Sejumlah penonton lebih menyukai
sepakbola perempuan karena di sepakbola laki-laki “tiap dua menit pasti ada tendangan bebas”. Kala itu sepakbola perempuan di Jerman belum semaju sekarang. Atletnya masih banyak yang belum
dianggap profesional dan rata-rata menerima gaji di bawah upah minimum. Lama kelamaan problem tersebut teratasi, meski belum sepenuhnya hilang. Gerakan #MeToo yang belakangan populer sukses
membuat perhatian publik mengarah pada seksisme yang masih mengakar kuat di dunia sepakbola perempuan. Berbagai atlet senior serta tokoh masyarakat angkat bicara mengenai hal ini, dan
gerakan perlawanan di medsos makin lama makin menguat. Abad ke-21 ditandai dengan makin banyak prestasi yang timnas perempuan Jerman raih di tingkat Eropa dan internasional. Titel juara
Piala Eropa empat kali mereka rebut, yakni pada 2001, 2005, 2009 dan 2013. Mereka juga kembali menyabet titel juara Piala Dunia Perempuan pada 2007. Satu dekade berselang, timnas perempuan
Jerman menyandang reputasi sebagai salah satu timnas perempuan paling sukses sepanjang sejarah (bersama AS dan Norwegia). Abad ke-21 juga ditandai dengan makin populernya sepakbola perempuan
di tempat lain. Negara-negara yang dulu absen kini rajin mewakilkan timnasnya ke berbagai kompetisi regional maupun internasional. Di Asia, misalnya, sepakbola perempuan Jepang dianggap
sebagai _rising star_ sejak 2010-an. Jerman getol memperbaiki sistem pendidikan sepakbola perempuan sejak dini. Kompetisi antar-klub makin ketat, baik yang amatir maupun profesional.
Ekosistem ini melahirkan talenta-talenta baru yang direkrut ke level tim nasional, melanjutkan tradisi juara, tidak kalah dibanding timnas laki-lakinya.
Trending News
6 Lagu KPop Ini Menggunakan Nama Hewan Sebagai JudulnyaMusik KPop memang dipenuhi dengan kreativitas tanpa batas. Setiap idol memiliki ciri khas dan keunikan yang dapat membed...
TV-KTKFollowing are Bengaluru Doordarshan Kendra programmes for Thursday, February 02.0930: Health - Dadara Mathu Rubella Lasi...
Iniesta, Bartra laud 750-game veteran XaviThe Spanish pair have long held the Barca midfield together, but Iniesta was quoted as saying 'it seems we can't play to...
Ali Farhadi, Author at TechCrunchTechCrunch Desktop LogoTechCrunch Mobile LogoLatestStartupsVentureAppleSecurityAIAppsEventsPodcastsNewslettersSearchSubm...
10 Fakta Yoo Su Bin dan Kim Do Wan, Sahabat Nam Joo Hyuk di Start-UpYoo Su Bin dan Kim Do Wan merupakan dua pemeran pendukung KDrama Start-Up. Mereka masing-masing berperan sebagai Lee Chu...
Latests News
Usaha timnas perempuan jerman agar pamornya semoncer timnas lelakitirto.id - “Sejak kami memulainya, kami tidak hanya bermain melawan tim lain. Kami berperang melawan prasangka,” kata na...
Konsep ‘one health’ harus diutamakan untuk memungkinkan kita untuk mencegah pandemi“One Health” adalah sebuah konsep, strategi, dan tujuan. “One Health” secara bertahap masuk dalam ilmu pengetahuan, kedo...
Big data, facebook, dan perkembangan bisnis andaTahun-tahun belakangan ini, istilah “_big data_” ramai diperbincangkan dan menjadi perhatian banyak. Istilah ini masih b...
Pasca-1998: surplus fanatisme, defisit akaltirto.id - _The middle ground is a notoriously exposed, dangerous,___ _and ungrateful position._ — Isaiah Berlin__ Neger...
9 Reaksi Alami Tubuh saat Mati Tersetrum, Waspadalah dengan Sekitarmu!Apakah kamu pernah tersetrum? Ternyata sengatan listrik itu bisa sangat membahayakan tubuhmu, lho. Dilansir dari Electri...