Delirium adalah sindrom klinis yang sementara, bukan penyakit

Theconversation

Delirium adalah sindrom klinis yang sementara, bukan penyakit"


Play all audios:

Loading...

Delirium adalah kondisi penurunan fungsi mental seseorang secara mendadak. Kondisi ini terjadi pada saat penerimaan dan pemberian sinyal di otak terganggu yang menyebabkan kebingungan dalam


berpikir serta perubahan kelakuan atau tingkat kesadaran. Delirium bukan sebuah penyakit, kondisi ini termasuk sebagai sindrom klinis atau kondisi yang sementara dan dapat diobati. Kondisi


ini seringkali disalahpahami sebagai demensia yang memiliki gejala yang hampir sama seperti munculnya delusi, agitasi, dan kelingungan. Jika yang merawat seorang pasien delirium tidak benar


benar mengenali seluk beluk pasiennya, bisa saja terjadi kebingungan dalam membedakan. Hampir sepertiga lansia yang masuk ke rumah sakit terdiagnosis dengan delirium. Hal ini dapat menaikan


potensi terjadinya kehilangan fungsi tubuh yang tidak diperlukan, meningkatnya waktu inap, kejatuhan, kewajiban untuk masuk ke perawatan lansia, dan kematian Namun, dengan mengidentifikasi


kondisi ini seawal mungkin, potensi risiko-risiko di atas untuk terjadi dapat berkurang. Delirium juga bisa dicegah dengan mengidentifikasi orang mana yang paling rawan untuk terjangkit


serta mencari solusi untuk mengurangi kerawanan orang-orang tersebut. APA YANG MENYEBABKAN KONDISI DELIRIUM? Delirium biasanya disebabkan oleh beberapa penyakit akut (jangka pendek) dan


beberapa komplikasi medis. Orang lanjut usia adalah kelompok yang rawan terjangkit delirium dikarenakan tubuh mereka memiliki lebih sedikit ketahanan tubuh daripada kebanyakan anak muda.


Orang yang terjangkit demensia adalah yang paling rawan. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan atau meningkatkan kemungkinan terjadinya delirium di antaranya: * malnutrisi * dehidrasi *


Pengobatan terbaru * Jatuh * operasi * infeksi * Efek dari perawatan ICU * Ranjang tidur yang terus berganti * rasa sakit. Diagnosis terhadap delirium ditetapkan berdasarkan catatan


kesehatan, pengamatan perilaku, dan penilaian kognitif oleh dokter yang ahli dalam bidang delirium. Para pasien, keluarga, serta perawatnya juga wajib ditanyakan mengenai perubahan dalam


berpikir dan berperilaku baru apa sajakah yang terjadi pada pasien itu. JADI, BAGAIMANA CARA MENCEGAH ATAU MENGOBATI DELIRIUM? Perawatan klinis yang berfokus pada pencegahan delirium,


manajemen risiko dari faktor dan gejala, serta pengurangan potensi terjadinya komplikasi yang dapat memperpanjang atau memperburuk kondisi adalah beberapa solusinya. Untuk dapat membantu


pencegahan delirium, kita bisa: * Sesering mungkin untuk memberi tahu orang yang terjangkit mengenai jam, tanggal dan lokasi mereka pada saat itu * Menganjurkan orang tersebut untuk keluar


dari tempat tidur dan berjalan keliling di sekitar (tentunya dengan pengawasan yang benar) * Mengendalikan rasa sakit mereka * Memastikan asupan nutrisi dan hidrasi mereka * Mengurangi beban


kerusakan indra tubuh mereka (contohnya: membantu memakaikan kacamata, alat bantu dengar, dan memastikan mereka untuk melakukan sesuatu) * Memastikan jam tidur yang baik. MENGAPA HANYA


SEDIKIT ORANG YANG DIAGNOSIS MENGALAMI DELIRIUM? Walaupun memiliki potensi untuk dicegah, kondisi delirium jarang teridentifikasi bahkan sering terjadi salah identifikasi. Hal ini terjadi


karena kurangnya pengetahuan mengenai delirium oleh para staf rumah sakit, kurangnya rutinitas _screening_ dan _assesment_, serta kurang mengenal pasien secara baik. Mendiagnosis delirium


pada seseorang akan menjadi sulit apabila gejala yang dialami orang itu berubah-ubah dalam satu hari. Perubahan dalam tingkat perhatian seseorang dapat terjadi dengan cepat, biasanya ada


orang yang di pagi hari mempunyai tingkat perhatian yang tinggi namun tidak pada malam harinya. ‘Kehadiran’ delirium yang berbeda pada orang-orang juga menjadi alasan lain kenapa kondisi ini


jarang dikenali. Delirium bisa ‘hadir’ dalam bentuk hiperaktivitas (halusinasi, delusi, atau perilaku yang tidak mau nurut) dan _hypoactivity_ (kurangnya gairah yang bisa dianggap sebagai


keletihan atau depresi) atau juga bisa campuran keduanya. Sekitar 50% dari orang yang dikeluarkan dari rumah sakit dengan gejala delirium yang tidak terobati dapat memperpanjang gejala yang


terjadi sampai berbulan-bulan setelahnya. Yang membuat hal ini mengkhawatirkan adalah gejala ini bisa membuat orang yang bergejala memiliki kerusakan pada salah satu atau beberapa indranya.


DAMPAK DELIRIUM TERHADAP PERAWAT Delirium menghabiskan dana pemerintah Australia sebanyak A$8.8 miliar atau sekitar Rp 90 milliar per tahunnya. Namun biaya yang lebih tinggi ternyata


ditanggung oleh pasien dan keluarganya. Perubahan yang terjadi secara mendadak pada orang yang terjangkit dapat menimbulkan tingkat stres yang tinggi bagi keluarga yang merawatnya. Perawat


merawat lansia yang terdiagnosis delirium telah melaporkan tingginya stres, kurangnya kesejahteraan, dan kepuasan diri yang mereka alami dari tugas mereka merawat pasien. Maka dari itu,


identifikasi dan perawatan delirium adalah hal yang wajib dilakukan untuk menjaga keamanan dan kualitas perawatan para pasien serta keluarganya. BEKERJASAMA DENGAN KELUARGA Bekerja sama


dengan keluarga bisa memperbaiki hasil akhir dari perawatan yang dilakukan terhadap para lansia di rumah sakit. Pengasuh dan teman dari keluarga diikutsertakan untuk mendeteksi perubahan


perilaku dan kognitif dari pasien. Karena anggota keluarga inti merupakan orang yang mempunyai hubungan paling intim dengan pasien, maka dari itu, anggota keluarga inti menjadi bagian yang


paling penting dalam pengidentifikasian ini. Namun sayangnya banyak pengasuh dari pasien delirium yang kurang mendapat saran dan anjuran yang diperlukan untuk perawatan selanjutnya setelah


keluar dari rumah sakit. Walaupun standar klinis terbaru merekomendasikan partisipasi pengasuh keluarga dalam perawatan, mereka seringkali diabaikan. Keadaan ini diperparah dengan adanya


pandemi COVID-19. Untuk memperbaiki keadaan ini, kami telah mengembangkan sebuah model perawatan yang mendukung integrasi dengan pengasuh sebagai rekan dalam langkah pencegahan dan perawatan


delirium untuk meningkatkan hasil ahkir dari perawatan yang dilakukan. Menggunakan alat yang berbasis _web_, kami berharap alat tersebut dapat meningkatkan tingkat kesadaran dan pengetahuan


para pengasuh kaum lansia di rumah sakit yang rawan terkena delirium. Alat ini juga digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan para perawat. Alat ini sedang dalam masa percobaan dan


evaluasi di Tweed Hospital, sebuah rumah sakit di New South Wales, Australia, dan jika berhasil, akan disebarkan ke seluruh rumah sakit yang ada di dunia. -------------------------


_Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris_


Trending News

Delirium adalah sindrom klinis yang sementara, bukan penyakit

Delirium adalah kondisi penurunan fungsi mental seseorang secara mendadak. Kondisi ini terjadi pada saat penerimaan dan ...

Latests News

Delirium adalah sindrom klinis yang sementara, bukan penyakit

Delirium adalah kondisi penurunan fungsi mental seseorang secara mendadak. Kondisi ini terjadi pada saat penerimaan dan ...

Top